Langsung ke konten utama

Sepi

Holaaaaaa... ketemu lagi sama saya di tempat curhat saya ini. Hehehe.. Kali ini saya mau curhat tentang kekosongan hati saya akibat lama jomblo ini. Oke. Check it out..

***

Aku nggak tau harus gimana. Semuanya ini mulai terasa abstrak. Nggak jelas. Buram. Tiba-tiba aku harus berhadapan dengan khayal yang dulu sempat hilang. Bingung. Ya. Aku bener-bener bingung. Aku nggak tau kenapa justru bayangan itu yang datang. Dari sekian banyak nama, kenapa harus dia? Dia. Ya, dia. Orang yang menyedot perhatianku sejak awal pertemuan kami. Sejak aku merasa dunia berhenti berputar karena senyumannya. Sejak aku merasa waktu seolah terhenti karena tatapannya. Sejak itulah semuanya berubah. Sejak itulah semuanya tak lagi sama. Setiap detik yang berjalan, hanya dia yang ada. Setiap helaan nafas yang keluar, hanya tersebut namanya. Tak ada yang lain. Waktu terus berputar tanpa kenal ampun. Satu demi satu momen kami lewati. Degup jantung yang tak karuan saat bertemu. Waktu yang seolah terhenti saat saling bersitatap. Kerja sama otak dan hati yang berantakan. Rindu. Kangen. Gelisah. Perasaan tak sabar ingin segera bertemu. Semuanya kulewati sudah. Aku? Ya. Hanya "aku". Tak ada "kami". Tak ada. Takkan pernah ada. Hanya ada aku dan perasaan ini. Tangis itu bahkan tak lagi tertahan. Semuanya luruh dan menyisakan bekas luka mendalam. Sakitnya melebihi sakit karena terjatuh dari sepeda saat aku masih kanak-kanak. Ironisnya, semuanya harus kulalui sendiri. Waktu terus berjalan. Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Tanpa terasa, tiga tahun telah berlalu. Tanpa ada secuilpun harapan. Semuanya tetap bertahan dalam dunia khayal. Rasa itu. Bahagia itu. Semuanya terkubur di sudut terdalam hati ini. Bahkan hingga kami terpisah. Hingga pakaian formal itu berubah warna. Semuanya masih sama. Sakit itu masih ada. Masih terasa. Tak ada yang berubah. Walau kesibukan selalu menghadang. Namun rasa itu masih sama. Sepi.