Langsung ke konten utama

Hijrah, lalu MerinDU

Akhirnya hari yang ditunggu datang juga. Rasanya dag dig dug nggak karuan. Senang, takut, khawatir, sedih, semuanya campur aduk jadi satu. Hari itu hari Sabtu, 13 Agustus 2016, hari saat aku berhijrah. Merantau, meninggalkan kota kelahiranku. Jelang ashar aku berangkat diantar keluarga inti dan kakak ipar. Sepanjang perjalanan, aku mencoba menghibur diri. Hei, aku sudah pernah tinggal di asrama sebelumnya, apa lagi yang harus dikhawatirkan? Awalnya, sugesti itu berhasil. Sampai aku melewati kota Santri itu. Melihat gemerlap lampu Darul 'Ulum dari atas flyover Peterongan. Rasanya air mataku nyaris jatuh. Aku mencoba bercanda dan tertawa bersama ayah dan ibu. Tapi dalam hati, aku tidak sanggup menahan perasaanku. Karena kini aku tidak lagi kembali ke sana. Berat rasanya untuk melepaskan perasaan itu. Satu demi satu kenangan berputar di kepalaku seperti film. Ya Tuhan.. Rasanya baru kemarin aku hijrah di Ainusyams, masih kecil, labil. Sekarang aku sudah harus meninggalkannya.
Perjalananku menuju Kota Gudeg ini menghabiskan waktu 12 jam lebih. Ahad sore, aku langsung mendaftar di salah satu asrama dekat kampus yang sebelumnya sudah ku booking. Waktu terus berlalu. Senin pagi, ayah, ibu, dan kakak ipar pamit pulang. Aku mencoba pasang senyum bahagia dan langsung mengayuh sepeda menuju kampus.
Aku melalui hari-hariku dengan baik. Daftar ulang OPAK, masa-masa OPAK, SOSPEM, semuanya berhasil kulalui. Hingga akhirnya semua kegiatanku mulai mengendur. Mulai terdapat hari-hari kosong dimana aku tidak harus ke kampus, hanya tinggal menunggu jadwal kuliah dimulai. Saat itu, aku merasa rindu. Rindu serindu-rindunya dengan masa remajaku. Ya Tuhan.. Aku berhasil melalui hariku dengan baik, tapi kenapa aku masih juga rindu? Rindu pesantrenku dulu, rindu sekolahku, rindu teman-temanku, rindu asramaku, juga rindu rumah. Aku sampai heran dengan diriku sendiri. Biar bagaimanapun, kondisiku kali ini jauh lebih baik daripada 6tahun yang lalu. Teman sekelasku sekamar denganku di asrama sekarang, aku bisa menggunakan ponsel kapanpun aku mau, aku juga bisa menonton drama-drama yang sudah kupunya, dekat dengan kampung halaman, ada saudara meskipun agak jauh, lalu apa lagi yang kurang? Kenapa aku masih merasa homesick? Kenapa aku masih merindukan masa-masa remajaku? Ya Rabb.. Jika aku boleh memohon, aku ingin pulang sejenak. Mengunjungi Darul 'Ulum, mengunjungi Ainusyams, sowan pada ibu dan pesarean abah, silaturrahim ke MAU, dan pulang ke rumah.
Mungkin benar kata seniorku dulu, bahwa sebenci apapun, semuak apapun aku pada pesantrenku dulu, jika aku sudah meninggalkannya, maka aku akan merinDU. Karena pesona dan kenangan yang diberikannya terlalu indah untuk dilupakan. 