Langsung ke konten utama

Separuh Hati

Alhamdulillaah.. Allah masih memberi kesempatan untukku hidup sampai usia 19 tahun. Dengan segala perjuangan menapaki lika-liku kehidupan, ternyata aku masih bisa bertahan. Dalam 19 tahun, sudah beberapa kali aku menginjakkan kaki di bagian lain bumi-Nya. Meski masih dalam negeri. Tapi semoga ke depan bisa sampai ke luar negeri aamiin...
Sejak kemarin, aku merasa excited. Aku terus menanti-nanti hari ini. Sambil terus bertanya dalam hati, "Apa ya yang akan terjadi besok?" "Apakah aku akan mendapat kejutan berharga?" "Apakah ada something special yang menanti?" dan sebagainya. Tapi ketika hari ini tiba, yang terjadi justru sebaliknya. Memang aku senang, karena teman-teman lamaku masih mengingatku, juga teman-teman baruku. Namun entah mengapa, seperti ada yang ganjil. Ada sesuatu yang hilang dalam hatiku. Mulanya aku bingung, kenapa aku justru merasa sedih di hari seperti ini? Setelah membaca postingan teman seasrama, aku baru tersadar. Tanggal lahirku ini bertepatan dengan kepergian beliau, Abah Mudib. Maasyaa Allaah.. seketika rasa sedih menyelimuti hatiku. Setahun yang lalu, rasanya seperti kemarin. Seketika segala ingatan tentang beliau kembali. Bahkan detik demi detik ketika aku dan teman-teman mendengar kabar kepergian beliau. Ya Allaah.. karena inikah aku terus merasa tidak enak seharian ini? 
Abah.. sudah setahun, tapi kenapa aku masih belum bisa melupakanmu? Begitu teringat tentangmu, rasanya aku ingin segera pulang, bersimpuh di peristirahatan terakhirmu. Maasyaa Allaah.. rindu ini.. bagaimana aku menyampaikannya, Rabb? Tetesan air mata itu, aku masih mengingatnya, keluar dari setiap orang yang menghormati beliau. Ibu bahkan terpukul hingga beberapa hari. Bisa kurasakan betapa kehilangannya beliau kepadamu, Bah. Sakit rasanya melihat beliau kehilangan keceriannya sesaat setelah kepergianmu. Abah, aku, kami, merindukanmu. Semoga kita bisa terus bertemu dalam doa.