Halo halo.. sesuai judulnya, aku
akan berbagi cerita tentang perjalananku ke Kuala Lumpur pada pertengahan
Januari kemarin. Tulisannya (sangat) terlambat, aku tahu. Tapi semoga bisa
bermanfaat, entah menjadi referensi atau sekedar bacaan semata hehe.. Cerita
ini akan ada 4 bagian sesuai jumlah harinya. Tentu saja akan kuceritakan dengan
detail (semampuku), apa saja yang kulakukan di sana, bagaimana caranya, dan
sebagainya 😊
Perjalanan ke Kuala Lumpur ini
berlangsung pada 17-20 Januari 2020. Karena aku pada tanggal 14 masih memiliki
ujian di kampus, jadilah perjalanan dimulai dari stasiun di Yogyakarta hehe..
Tanggal 16 Januari aku berangkat (perjalanan malam), tiba di Surabaya dini
hari, lalu menuju Bandar Udara Internasional Juanda selepas sholat subuh. Check-in,
cetak boarding pass, menimbang bagasi kabin, dan proses imigrasi sudah
dilalui, namun jadwal boarding masih lama (pukul 08.30), aku dan temanku
(yang juga kepagian) hanya bisa bengong, mencoba bertukar kabar, bercerita
apalah, dan makan seadanya di lounge. Kondisi kami juga sama: kurang
tidur.
Maka setelah pesawat lepas landas
(lebih awal dari jadwal), aku segera tertidur. Tapi yaa.. tidur di pesawat,
apalagi maskapai LCC (Low Cost Carrier, baca: AirAsia) mau bagaimana?
Kurang nyaman, tentu, hehe.. dan saat itu AC-nya cukup dingin (sepertinya aku
sudah masuk angin sejak itu). Menjelang mendarat, aku terbangun. Dan akhirnya
mendarat di KLIA2 (Kuala Lumpur International Airport). Terkejutlah aku
melihat parkiran pesawat penuh dengan AirAsia haha.. (kata temanku karena home
base mereka di KLIA2 ini). Dari parkiran pesawat, menuju imigrasi. Asli ini
jauh sekali TT Sarapanku tadi langsung menguap. Dan aku praktis hanya mengikuti
temanku saja, karena dia juga belum lama ini ke Kuala Lumpur bersama keluarganya.
Daan.. antrian imigrasi panjang sekalii. Melihat berbagai jenis orang seperti
ini membuatku tersadar bahwa aku sudah tiba di negeri seberang. Kulit putih,
cokelat, hitam; berbagai bahasa (jawa, indonesia, korea, inggris, dan entah apa
lagi); berpakaian terbuka, semi, tertutup; berbagai kesibukan (mengamati
sekitar, main gim, menonton entah apa di smartphone, mendengarkan entah
apa); berbagai definisi ganteng dan cantik; semua ada.
Imigrasinya bagaimana?
Hmm.. tadinya aku juga takut bakal
ditanya aneh-aneh. Kata temanku, “terserah petugasnya saja (ditanya atau tidak)”.
Daan.. aku hanya diam saat pasporku diperiksa, lalu hanya diminta scan sidik
jari. Lalu selesai. Selamat datang di
Kuala Lumpur 😊 <-- nggak ding, kan baru keluar
imigrasi hehe..
Saat akhirnya tiba di arrival
hall, aku melongo, serius. Gila.. ini airport, tapi isinya seperti
mall. Maksudku, aku tahu beberapa brand membuka cabang di airport,
tapi ini seperti mall betulan: Uniqlo, H&M, The Body Shop, ah banyak
sekali. Untukku yang baru tahu, ini menarik haha.. Tapi aku tidak banyak
mampir. Hanya memperhatikan ada apa saja. Ah iya, karena aku merasa kurang enak
badan (padahal paginya sudah minum Tolak Angin), aku mencoba mencari semacamnya
saat menemukan Guardian. Tapi nihil TT Baiklah, mungkin di kota nanti ada.
Ke Kuala Lumpur naik apa?
Ada banyak pilihan: bus, kereta KLIA
(kereta cepat), taksi, atau grab (hanya mobil). Karena kami sedang “mencari
yang termurah”, maka aku memilih bus. Arrival hall setelah imigrasi itu
di lantai 2, jadi harus turun dulu ke lantai 1, menuju kios bus (Transport
Hub; Konter Bas), lalu pilih yang mana saja. Kemarin aku membayar
RM12 untuk sekali perjalanan sekitar 1 jam (kalau kereta KLIA sekitar RM55
untuk sekitar 30 menit perjalanan). Selepas beli tiket, tinggal menunggu di
luar, ada nomor-nomornya kok. Kalau bingung busnya yang mana, bisa tanya ke
petugas berseragam saja.
Bus datang, masukkan koper di
bagasi, pilih kursi, duduk anteng, dan tidur (tentu saja). Tiba di KL Sentral
sesuai jadwal. By the way, naik bus atau kereta KLIA, turunnya sama-sama
di KL Sentral. Beda di moda transportasi, harga, dan durasi perjalanan saja.
Bus juga cukup nyaman kok, setara bus VIP di Indonesia. Karena lapar berat, aku
ingin makan dulu sebelum ke hotel. Dan, yah, lagi-lagi terkejut, karena di
lantai atas KL Sentral sudah mall (lagi; NU Sentral). Sampai mall, lalu bingung,
makan apa? Kami bawa-bawa koper, capek (dan masuk angin), juga lapar berat.
Tanpa pikir panjang, McD sajalah. Aku melihat badutnya, tapi disadari kemudian
kalau ribet sekali naik ke lantai 4 TT Beruntung ada mesin self-service,
jadi bisa cepat. Paket nasi lemak ayam spicy spesial (di Indonesia setara
Panas Spesial Medium) sekitar RM14. Medium saja sudah kebanyakan untukku.
Beruntung aku cocok dengan makanannya, jadi bisa memaksa makan sampai habis.
Oh, tentu saja aku juga mencoba mencari Tolak Angin di sini (saat temanku perlu
sesuatu di Watsons), tapi lagi-lagi nihil.
Nasi Lemak+Ayam Spicy+Lemon Tea |
Lalu tanpa banyak mampir lagi, aku
segera menuju hotel. Tentu dengan Grab. Order sekenanya di arrival hall
kereta KLIA. Aku menginap di Ceria Hotel, letaknya di belakang Berjaya Times Square.
Beberapa titik di sekitar hotel sedang ada perbaikan, jadi lalu lintas cukup
padat dan terbatas. Kalau diingat kembali, aku jarang menemukan sepeda motor di
sana. Lebih banyak mobil dan bus. Tiba di hotel, melakukan check-in, dan
terkapar saat bertemu kasur. Lalu baru kusadari kalau hari masih terang,
padahal sudah lewat pukul 17. Saat kemudian kucek jadwal sholat di Muslim Pro,
ternyata maghrib pukul 19-an *lmao*.
Jadwal Sholat di Kuala Lumpur |
Aku hanya sempat membongkar koper,
membersihkan diri, kemudian tidur. Perjalanan 24 jam terakhir sangat menguras
tenaga. Persetan dengan makan malam haha..
Dengan ini, hari pertama di KL
berakhir ^^
[Part 1: Hello Kuala Lumpur]
Part 2: Berkunjung ke Tempat Wisata
Part 3: Shopping Time!
Part 4-end: Untill We Meet Again, KL(Eits, ada serba-serbi ^^)