Langsung ke konten utama

How's Life

/containt grammatical error/english is hard/pardon for any mistake/

Uhm.. hi? It’s been months since my last draft. Around six months? Waktu itu pandemi sedang baru-barunya. Sekarang? Masih belum terlihat akan mereda. Sepertinya masih cukup lama segala “pembatasan” ini akan berjalan. So.. how’ve you been? Aku berharap siapapun yang membaca (atau yang tidak membaca) baik-baik saja. Mentally and physically.

I don’t know how to say it properly, but.. being mentally not stable is really sucks. It’s like, you may live in worries day by day, being unmotivated and unproductive, feeling lonely though you’re at your own home, or you can’t sleep easily due to your “crowded mind” (midnight overthinking). Oh wait.. did I just describe my life lol. But it’s true tho. Dengan alasan “region lockdown”, aku akhirnya pulang ke kota kelahiran pada awal April. Ini sungguh berbeda dengan kepulanganku yang biasanya. Jika biasanya aku pulang untuk berlibur, istirahat dari segala penat, maka kali ini aku pulang untuk “pindah” lokasi belajar. Selama tiga bulan di rumah, aku merasa cukup kesulitan beradaptasi dengan banyak hal. Pembelajaran daring (baca: bimbingan via chat atau video call), merasa sepi (biasanya ada teman mengobrol secara tatap muka, lalu berganti lewat video call atau telepon), hingga adaptasi lingkungan (selama ini aku menjadikan rumah betulan untuk istirahat, belum pernah untuk “bekerja”). Ditambah beberapa faktor lain yang semakin membuatku tertekan. Hal ini yang kemudian membuat jam tidurku berantakan, menjadi kurang produktif (baca: kewajiban terabaikan), feeling so low and worries day by day, dan bukannya mencoba mencari solusi (baca: seek professional’s help), aku malah mengalihkan apa yang kurasakan dengan hal lain (shopping, coloring, writing stories). I keep denial with what I feel. Dan itu membuat hal yang sudah sulit, menjadi semakin sulit.

Dan kukira, dengan aku segera kembali ke Tanah Rantau, aku akan merasa lebih baik, aku dapat lebih produktif. But, no. Aku masih jalan di tempat selama lebih dari sebulan. Keep struggling but not even trying to make a solve. Keep denial with what I feel. Keep blaming my own condition, underestimate others feel, and yelling that “people won’t understand me” yet I didn’t try to catch a help nor tell them what I’ve been feeling. I also had a phase when I’m being triggered by my own mind, then feeling anxious until I can’t even eat well for a week (maybe? I forgot). Hal ini yang kemudian menjadi titik balik untukku mencari bantuan profesional. Aku sudah menjalani dua sesi konsultasi selama sebulan terakhir (harusnya tiga, tapi aku terus menunda, but I’ll make sure to attend this week’s session), dan itu cukup membantuku untuk lebih fokus pada hal-hal yang bisa kukendalikan, dan mengesampingkan hal-hal yang berada di luar kendaliku. Mungkin sesi konsultasi ini bukan menjadi satu-satunya alasan untukku kembali melangkah, kukira ada banyak faktor lain, seperti dukungan moral dari lingkungan, aku yang lebih berani mengutarakan apa yang kupikirkan dan kurasakan (yang sebelumnya hanya kupendam sendiri), juga beberapa kalimat dukungan yang kutemui di media sosial (mostly Day6, dr. Jiemi, mas Adjie).

Am I okay right now? Aku belum bisa menjawab secara pasti, I just can say that I’m feeling better than before.

Okay, I won’t tell you this much without consent. What I’m going to say is, accept what you feel. It’s okay that you’re sad, unmotivated, unproductive, lost, afraid, or even happy, since you’re human. It’s human thing to feel that. Especially in this kind of situation when you can’t do things you usually do easily, when you’ve to adapt until-you-don’t-know-when. Aku merasa kesulitan, dan kamu juga mungkin merasakan hal yang sama, tapi bukan berarti kita harus merendahkan kesulitan satu sama lain. Kita bisa berbagi, berempati, saling membantu. Dan ketika kamu sudah berada di titik “I can’t handle this”, jangan ragu untuk mencari bantuan. Beberapa layanan kesehatan sudah bersedia menerima konsultasi tatap muka, atau jika kamu kurang nyaman, kamu juga bisa melakukannya via telepon. Bahkan kamu tidak harus menunggu “kondisi memburuk” untuk memulai konsultasi, kamu bisa melakukannya kapan saja, as long as you acknowledge that you’re not okay.

I also in the midst of trying to cherish and believe in myself right now. Because this is my life, I’m the main character of my own movie. People used to said “You’re doing good” to me, but I just think it’s as sweet-talk. I keep believe that I’m not good enough. then what? I keep struggling, seeking people attention, without knowing that I already doing good so far. And keep in your mind that people has their own pace, you don’t need to follow them. As long as you try your best, then it’s enough. Just believe that you ain’t late, your pace is just different. That’s it.