Langsung ke konten utama

Hello, there~

 Halo halo..

Apa kabar teman-teman? Semoga dalam kondisi baik. Sudah lama sekali sejak aku terakhir menulis blog haha.. dan tiba-tiba, 2021 sudah hampir berakhir. 9 bulan sejak terakhir aku menulis, dan banyak hal yang terjadi. Mental breakdown karena skripsi, PPKM (dan aku positif covid), penyelesaian skripsi, sidang, yudisium, hingga wisuda (offline!).

Bagaimana kabar skripsiku?

Alhamdulillah, dengan doa dan dukungan banyak pihak, aku dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Awal Agustus, seminggu setelah aku menyelesaikan isolasi mandiri, aku sudah melaksanakan sidang. Rasanya bagaimana? Legaaaa banget. Berasa satu beban terangkat. Apakah aku tetap cemas dan deg-degan? Tentu, aku bahkan menonton banyak video mengenai persiapan sidang di pagi hari H (terima kasih banyak kepada Ibu Chodijah Makarim atas segala masukan di videonya). Aku terus menggumamkan kalimat dari Sungjin dan Wonpil, "tidak apa-apa, kamu sudah melakukan semampumu. Semuanya akan berlalu, dan semuanya akan baik-baik saja", dan boom.. aku merasa lebih baik.

OH IYA, COVID!

Haaa.... dari segala kemungkinan soal Covid-19 ini, aku tidak menyangka akan menjadi salah satu penyintasnya. Kronologinya cukup panjang. Awal Juli ketika PPKM dimulai, aku sekeluarga pulang kampung, karena kondisi kakek yang semakin memburuk. Selang beberapa hari, beliau meninggal. Aku yang berencana hanya menghabiskan akhir pekan, jadi molor hingga hari ketujuh pengajian. Hari Minggu, aku kembali ke Jogja, melewati jalanan yang sepi dan terik matahari yang membuat sakit kepala, aku mampir swab di Hi-Lab. Hasilnya negatif. Aku sedikit lega. Tapi esoknya, hari Senin, aku demam tinggi, tenggorokanku sakit, sakit kepala, dan batuk-pilek. Seharian hanya bisa tertatih bekerja dan tidur. Sempat konsultasi online via GrabHealth karena tidak sanggup jalan ke klinik. Tapi hari Selasa, aku sudah membaik. Hanya tenggorokan dan batuk yang masih tersisa (seperti ketika aku radang). Sampai Kamis, kondisiku masih sama, dan aku didaftarkan untuk swab oleh klinik. Jumat sore, jeng jeng... aku tidak bisa mencium apapun. Minyak kayu putih, parfum, bau ketek, you name it. Sempat kukira hidungku buntu (karena sering pilek), tapi, hei, aku bisa bernafas normal ? Aku sudah mulai cemas. Sabtu aku swab, dan seharian belum mendapat kabar apapun. Lalu Minggu pagi, aku literally baru bangun dan mendapati pesan masuk dari nomor asing, dan wow.. hasil swabnya positif. Otakku nge-lag sementara. Lalu kukabari orang terdekat: keluarga, ibu kos, dan tentu saja atasan. Dan.. yah.. begitulah. Aku isolasi mandiri (isoman) di kos selama 2 minggu. Di hari-hari pertama, sempat bingung karena nggak tau harus ngapain. Hanya bisa main hp, tidak ada tontonan, masih membangun ritme baru. Tapi alhamdulillah, banyak dukungan moril dan materiil dari orang sekitar, sehingga aku bisa menjalani masa isoman dengan lebih tenang. 

Apa saja yang kulakukan? Hanya menonton (aku langganan Netflix untuk itu), menelusuri media sosial, belajar (sedikit, dari webinar yang kuikuti), bekerja (dengan beban yang jauh berkurang dibanding hari biasa), banyak makan (di minggu kedua isoman, saat nafsu makan sudah mulai kembali), dan bertukar kabar dengan teman-teman yang lain.

Ini tulisan update kabar, dan setelah kuingat-ingat lagi, ternyata aku sudah melalui banyak hal selama dua tahun terakhir, (yang jujur masih tidak kusangka). Banyak yang kusadari, banyak yang kusyukuri, dan lebih banyak juga yang kupelajari. Aku terus diingatkan bahwa tidak apa-apa merasa takut, cemas, sedih, dan segala perasaan yang kerap dilabelil "negatif" lain, pun juga tidak masalah mengakui kesalahan, mengaku tidak tau akan sesuatu, dan meminta bantuan, yang kerap dianggap tanda "lemah". Tidak ada yang sempurna, tidak ada pilihan tanpa resiko, semua datang dengan baik-buruk masing-masing. Bob Sungjin bilang, kita hanya perlu bertanggungjawab dengan pilihan kita itu. Jae juga menambahkan, "selama kita yakin kita sudah menjalaninya dengan baik, kita berhak merasa bahagia". Dulu aku sempat berpikir untuk melakukan yang terbaik (secara harfiah; seperti break the limit), tapi hal itu cukup membuatku kesulitan, dan cepat lelah. Sampai Sungjin bilang, "just do as much as you can", sebisanya saja. It's okay to be slow~