Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Salah Pilih Menu dan Kenapa Bersin Baca Alhamdulillah

Hiya.. karena belum mengerjakan UTS Komunikasi Profetik, dan partnerku sedang sakit (harusnya kami mengerjakan bersama siang ini), jadilah aku sendiri, lagi, tapi sudah biasa, hehe.. Yah.. kemana lagi aku lari? Setelah brunch, aku langsung ke Amplaz. Alhamdulillah dapat tempat strategis: pojok! Aku datang sudah jam makan siang, tapi ternyata masih bisa pesan set breakfast. Sedihnya.. tahu begitu aku pesan itu daripada ala carte seperti ini. jatuhnya memang porsi besar (BT upgrade size jadi venti dan Cinnamon Choco), Tapi tetap saja, kan aku baru saja makan, hiks.. Alhamdulillah tugas sudah selesai. Lebih cepat dari perkiraan. Hanya dua jam dari target 3 jam. Hmm.. sebenarnya bulan ini aku hanya berencana berkunjung 2x lagi: 17 untuk anniversary pindahan, dan 22 saat tumbler day. Eh, malah gagal.. huhu.. Jadi atur keuangan lagi deh...... Hmm.. mari kita lihat. Selama aku duduk di sini, agaknya aku tahu kenapa kalau bersin, ucapannya adalah alhamdulillah. Karena tadi aku sempat

Menonton 27 Steps of May

Senin (29/4) lalu, aku menonton 27 Steps of May. Mulanya aku hanya bingung hendak melakukan apa, kuliah selesai lebih awal, dan aku tidak ada janji khusus (mencoba melupakan proposal magang yang belum ada kabar). Kemudian temanku, yang sudah menonton film itu lebih dulu merekomendasikannya. Karena aku cukup kesal dengan isi bioskop yang didominasi Endgame dan belum ada film baru lagi di CGV. Baiklah, jamnya cocok, aku segera meluncur dan menonton. Aku nggak ada ekspektasi apapun, mengingat pemainnya tidak ada yang menonjol (menurutku). 27 Steps of May bercerita tentang trauma May (diperankan Raihaanun) yang diperkosa di usia dini, menimbulkan trauma mendalam dan menyebabkan dia berhenti berkomunikasi secara verbal selama 8 tahun. Kesehariannya sebatas olahraga, membuat boneka, dan makan. Semua dilakukan tanpa keluar dari rumah. May memutus komunikasi dengan dunia, termasuk ayahnya (diperankan Lukman Sardi). Sesekali ketika dia teringat pengalaman pahitnya, dia segera melukai len