Langsung ke konten utama

[SHARING] Magang di Angkasa Pura (Part 4)

Baiklah.. ini adalah bagian terakhir dari cerita permaganganku di Bandara Juanda. Kali ini akan membahas mengenai kehidupan sosialku selama magang. Bisa dibilang, ini sedikit pribadi, dan tidak terlalu berkaitan dengan perusahaan. Mari kita mulai..

Pada dasarnya, aku ini orangnya pendiam, belum bisa mengelola pikiran seutuhnya (jadi masih sering memikirkan hal-hal yang kurang perlu dan khawatir berlebihan), kurang suka keramaian (dan memiliki “batas dan jarak aman” dengan orang asing), sedikit sulit mengutarakan perasaan, serta belum pandai betul menempatkan diri. Aku juga cenderung memiliki kehidupan yang “aman”, sehingga berharap agar aku terus “aman” ke depannya. Dengan karakter seperti ini, tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya dalam dunia profesional, dan aku baru mengetahuinya selama magang kemarin. Namun aku berterima kasih kepada staf di perusahaan yang interaktif, sehingga membantuku dalam berkomunikasi.

Di hari-hari pertama pelaksanakan magang, aku beradaptasi dengan segala hal: lingkungan baru, tempat tinggal baru, hidup sendiri tanpa teman, hingga pekerjaan. Terus terang, hal ini cukup sulit saat itu. Karena kurang dari seminggu sebelumnya, aku masih tinggal di desa dan bersama teman-teman, lalu harus tinggal sendiri di kota dengan lingkungan yang asing tanpa ada siapapun. Di kantor, aku juga harus menyesuaikan diri, memperhatikan lingkungan di unit, menghafal satu per satu nama staf (karena tidak ada perkenalan secara resmi, jadi aku mengetahui nama berdasarkan “panggilan” mereka). Hal ini ditambah dengan pengarahan dari Human Capital Section Head dan Shared Services Department Head mengenai tata krama di perusahaan, membuatku berusaha sebisa mungkin untuk menjaga tingkah laku. Sehingga aku terkesan kaku, diam, dan begitu formal. Hmm.. kalau diingat-ingat, aku hanya “melumer” jika di ruangan, atau saat bersama teman-teman sepermagangan. Jika sedang tugas di luar, meskipun bersama staf Humas, aku kembali “formal”, karena akan bertemu staf unit lain atau pejabat.

Sehari-hari, aku datang sebelum waktu (07.40-07.50), duduk, mempersiapkan pekerjaan (membuka file kliping), dan bekerja (entah kliping, dokumentasi, atau distribusi surat). Seluruh staf juga fokus dengan pekerjaannya masing-masing diiringi musik yang daftar lagunya itu-itu saja (sampai terngiang-ngiang di kepalaku, hehe). Sesekali jika memang tidak banyak pekerjaan, staf akan “memasak” dengan peralatan seadanya di ruangan (staf di ruanganku termasuk suka makan, meja bersama hampir tidak pernah kosong dari makanan), atau bercanda, menggoda satu sama lain. Aku hanya memperhatikan dan ikut tertawa, karena bingung bagaimana hendak bergabung. Saat jam makan siang, aku akan mengambil jatah di kantin, lalu makan, entah sendiri atau bersama teman, entah di ruanganku atau ruangan temanku. Jika aku makan sendiri, aku bisa sambil menonton koleksi drama di monitorku. Jika bersama teman, kami akan berbincang mengenai banyak hal: private life, berita terbaru, apa yang kami kerjakan, kehidupan kuliah, dan lain sebagainya. Seolah tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Namun selama tiga bulan magang, aku ada dua kali makan siang bersama seluruh staf, pertama saat Section Head memiliki hajat, kedua saat PL ulang tahun. Aku juga tidak banyak berkomunikasi, hanya mendengarkan pembicaraan para staf di mobil atau di rumah makan. Namun pembicaraan itu menarik karena berbumbu gosip lol. Selesai istirahat, aku kembali bekerja, dan pulang (sangat) tepat waktu, bahkan terkadang diingatkan untuk segera pulang. Begini saja yang kulakukan setiap hari. Pernah sekali aku pulang larut, sampai pukul 7 malam lebih. Itu saat ada kunjungan dari DJPU. Selepas kunjungan, diadakan evaluasi hingga benar-benar selesai. Aku bersama PL di ruang rapat, sebagai perwakilan Humas karena Section Head tidak hadir. Bersiap juga barangkali memerlukan dokumentasi selepas evaluasi. Staf unit lain sampai berkata, “Dek, kamu boleh pulang lho. Jammu kan cuma sampai 16.30.” Aku hanya tersenyum, menimpali bahwa aku juga tidak ada hal yang dilakukan di kos, jadi mengikuti rapat ini lebih menyenangkan, haha..

Karena keseharianku nyaris sama, aku jadi hafal keseharian beberapa staf. Seperti MT (staf TU) dan MG (staf Legal) yang juga selalu datang lebih awal, staf lain yang datang sangat tepat waktu, dan pembicaraan setiap pagi haha.. Datang lebih awal juga menjadi jalanku lebih dekat dengan MT, selain karena aku sering diminta mengantar surat, dan membuka komunikasi dengan MG mengenai beberapa hal. Pernah aku “terlambat”, datang di jam masuk kerja, dan aku langsung ditanya, apakah terjadi sesuatu. Dan saat kujawab aku dari rumah, langsung dikata, “Tumben”. Karena staf tahu, aku hanya berangkat dari rumah setiap Senin, sementara saat itu hari Selasa atau Rabu, aku lupa. Aku cukup tersentuh karena ini.para staf juga sering bergosip di ruangan, atau sekedar menceritakan kondisinya, saat ada aku. Untuk pengamat sepertiku, hal ini menguntungkan, karena aku mendapat banyak informasi tanpa harus sungkan dengan bertanya langsung. Karena aku hanya berani bertanya hal-hal sederhana, bukan mengenai kehidupan pribadi atau masa lalu mereka.

Ada cerita, saat kunjungan dari DJPU, aku bertugas dengan PL. Di tengah sesi dokumentasi, PL banyak menceritakan kisahnya: pekerjaan sebelumnya, bagaimana diterima di perusahaan, harapan ke depannya, kesehariannya, dan beberapa hal lain mengenai kehidupan pribadinya, TANPA aku bertanya. Aku hanya bertanya di tengah cerita, jika ada yang kurang kupahami. Aku sedikit terkejut, terus terang, tapi juga senang. Dalam ilmu komunikasi, ini disebut self-disclosure. Aku -entah bagaimana caranya- membuat PL percaya dan bersedia menceritakan kehidupan pribadinya dengan sukarela. Hal ini juga terjadi pada MS (staf Humas lain, lebih muda). Dalam suatu sesi dokumentasi, MS meminta pandanganku mengenai mundur dari perusahaan dan memulai bekerja lepas sebagai fotografer profesional, namun terkendala keluarga. Sebelumnya, hubunganku dengan MS sebatas bercanda (lebih tepatnya, MS sering melempar candaan denganku), sehingga pembicaraan itu membuatku memiliki pandangan lain. Masih ada beberapa hal lain mengenai komunikasiku dengan staf di unit. Kalau aku mengingatnya sekarang (setelah selesai magang), komunikasi ini unik. Aku “hanya” disiplin, bekerja sesuai apa yang diminta, membantu apa yang bisa dibantu, tidak banyak tingkah, bahkan tidak banyak bicara, namun justru memiliki cara berkomunikasi yang tidak kuduga. Aku tidak tahu apakah ini karena aku bersemangat dengan pekerjaanku (karena seperti mimpi yang terwujud bisa magang di perusahaan yang kuinginkan), atau karena aku memang cocok di lingkungan seperti ini.

Selanjutnya, mengenai teman sepermagangan. Di Bandara Juanda (dan mungkin cabang lain), bisa dipastikan selalu ada anak magang, baik magang universitas maupun program magang dari BUMN. Saat aku magang kemarin, banyak sekali teman magang lain. Katanya, anak magang paling ramai saat libur semester setelah lebaran. Saat aku magang, terasa ramai sampai Oktober, lalu bulan November mulai menyusut. Namun aku kurang akrab dengan teman-teman lain. Ada kenal, tapi jarang bergaul. Terlebih setelah mengenal ND, yang memiliki masa magang sama persis sepertiku. Karena umumnya, teman magang lain sudah bersama, entah satu unit, satu universitas, satu jalur masuk. Jadi aku dan ND merasa tersisih, karenanya kami “menyendiri” haha.. Kami pertama kenal sejak dia ditempatkan di unitku, namun kemudian dipindah karena kurang sesuai dengan jurusannya. Tapi karena kami terlanjur kenal, jadi terus bersama dan mengakrabkan diri. Hampir bisa dipastikan, kami selalu bersama di kantor. Aku baru mengenal teman-teman yang lain menjelang magang selesai. Bertemu di  beberapa kegiatan atau secara kebetulan, lalu berinteraksi, hingga aku hafal. Dan itu terus berlanjut. Tapi ya tetap, kemana-mana barengnya ND terus lol. Sampai sekarang, setelah magang berlalu, kami juga beberapa kali bertukar kabar. Sayang sampai sekarang, aku belum memiliki dokumentasi apapun dengan dia. Ah, bukan hanya dengan dia, tapi juga dengan staf di unit haha.. (karenanya aku sedikit kesulitan saat menyusun laporan magang, karena tidak ada satu fotopun sebagai bukti aku magang, selain surat penerimaan dan sertifikat)

So far, selama aku magang, aku menjalaninya dengan tenang. Aku datang dan pulang tepat waktu; meski kemampuan komunikasiku kurang, staf banyak membantu dengan memulai interaksi, meski tidak sering; pekerjaan yang datang juga tidak aneh-aneh (di luar konteks seperti tukang fotokopi, bikin kopi, dsb), bahkan aku tidak tahu cara kerja mesin cetak di sana, sempat diminta print, tapi begitu tahu aku tidak bisa, langsung beliau sendiri yang print (padahal aku siap belajar); kehidupan sosialku juga cukup menyenangkan, meski kesulitan, aku memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi. Kukira, hal tidak menyenangkan justru datang di luar lingkungan magang (keluarga, teman), tidak mempengaruhi proses magang secara signifikan, namun sedikit berdampak. Baiklah.. ini sudah sangat panjang. Aku sangat berterima kasih kepada kalian yang sudah membaca blog-ku, bahkan hingga mengirim pesan. Kalian membuatku bersemangat untuk terus menulis meski tulisanku tidak seberapa.

Love <3