Baiklah.. ini adalah bagian terakhir dari cerita
permaganganku di Bandara Juanda. Kali ini akan membahas mengenai kehidupan
sosialku selama magang. Bisa dibilang, ini sedikit pribadi, dan tidak terlalu
berkaitan dengan perusahaan. Mari kita mulai..
Pada dasarnya, aku ini orangnya pendiam, belum bisa
mengelola pikiran seutuhnya (jadi masih sering memikirkan hal-hal yang kurang
perlu dan khawatir berlebihan), kurang suka keramaian (dan memiliki “batas dan
jarak aman” dengan orang asing), sedikit sulit mengutarakan perasaan, serta
belum pandai betul menempatkan diri. Aku juga cenderung memiliki kehidupan yang
“aman”, sehingga berharap agar aku terus “aman” ke depannya. Dengan karakter
seperti ini, tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya dalam dunia profesional,
dan aku baru mengetahuinya selama magang kemarin. Namun aku berterima kasih kepada
staf di perusahaan yang interaktif, sehingga membantuku dalam berkomunikasi.
Di hari-hari pertama pelaksanakan magang, aku beradaptasi
dengan segala hal: lingkungan baru, tempat tinggal baru, hidup sendiri tanpa
teman, hingga pekerjaan. Terus terang, hal ini cukup sulit saat itu. Karena kurang
dari seminggu sebelumnya, aku masih tinggal di desa dan bersama teman-teman,
lalu harus tinggal sendiri di kota dengan lingkungan yang asing tanpa ada
siapapun. Di kantor, aku juga harus menyesuaikan diri, memperhatikan lingkungan
di unit, menghafal satu per satu nama staf (karena tidak ada perkenalan secara
resmi, jadi aku mengetahui nama berdasarkan “panggilan” mereka). Hal ini ditambah
dengan pengarahan dari Human Capital Section Head dan Shared Services
Department Head mengenai tata krama di perusahaan, membuatku berusaha
sebisa mungkin untuk menjaga tingkah laku. Sehingga aku terkesan kaku, diam,
dan begitu formal. Hmm.. kalau diingat-ingat, aku hanya “melumer” jika di
ruangan, atau saat bersama teman-teman sepermagangan. Jika sedang tugas di
luar, meskipun bersama staf Humas, aku kembali “formal”, karena akan bertemu
staf unit lain atau pejabat.
Sehari-hari, aku datang sebelum waktu (07.40-07.50),
duduk, mempersiapkan pekerjaan (membuka file kliping), dan bekerja (entah
kliping, dokumentasi, atau distribusi surat). Seluruh staf juga fokus dengan
pekerjaannya masing-masing diiringi musik yang daftar lagunya itu-itu saja (sampai
terngiang-ngiang di kepalaku, hehe). Sesekali jika memang tidak banyak
pekerjaan, staf akan “memasak” dengan peralatan seadanya di ruangan (staf di
ruanganku termasuk suka makan, meja bersama hampir tidak pernah kosong dari
makanan), atau bercanda, menggoda satu sama lain. Aku hanya memperhatikan dan
ikut tertawa, karena bingung bagaimana hendak bergabung. Saat jam makan siang,
aku akan mengambil jatah di kantin, lalu makan, entah sendiri atau bersama
teman, entah di ruanganku atau ruangan temanku. Jika aku makan sendiri, aku
bisa sambil menonton koleksi drama di monitorku. Jika bersama teman, kami akan
berbincang mengenai banyak hal: private life, berita terbaru, apa yang kami
kerjakan, kehidupan kuliah, dan lain sebagainya. Seolah tidak pernah kehabisan
bahan pembicaraan. Namun selama tiga bulan magang, aku ada dua kali makan siang
bersama seluruh staf, pertama saat Section Head memiliki hajat, kedua saat PL
ulang tahun. Aku juga tidak banyak berkomunikasi, hanya mendengarkan pembicaraan
para staf di mobil atau di rumah makan. Namun pembicaraan itu menarik karena
berbumbu gosip lol. Selesai istirahat, aku kembali bekerja, dan pulang (sangat)
tepat waktu, bahkan terkadang diingatkan untuk segera pulang. Begini saja yang
kulakukan setiap hari. Pernah sekali aku pulang larut, sampai pukul 7 malam
lebih. Itu saat ada kunjungan dari DJPU. Selepas kunjungan, diadakan evaluasi
hingga benar-benar selesai. Aku bersama PL di ruang rapat, sebagai perwakilan
Humas karena Section Head tidak hadir. Bersiap juga barangkali memerlukan
dokumentasi selepas evaluasi. Staf unit lain sampai berkata, “Dek, kamu boleh
pulang lho. Jammu kan cuma sampai 16.30.” Aku hanya tersenyum, menimpali bahwa
aku juga tidak ada hal yang dilakukan di kos, jadi mengikuti rapat ini lebih
menyenangkan, haha..
Karena keseharianku nyaris sama, aku jadi hafal keseharian
beberapa staf. Seperti MT (staf TU) dan MG (staf Legal) yang juga selalu datang
lebih awal, staf lain yang datang sangat tepat waktu, dan pembicaraan setiap pagi
haha.. Datang lebih awal juga menjadi jalanku lebih dekat dengan MT, selain
karena aku sering diminta mengantar surat, dan membuka komunikasi dengan MG
mengenai beberapa hal. Pernah aku “terlambat”, datang di jam masuk kerja, dan
aku langsung ditanya, apakah terjadi sesuatu. Dan saat kujawab aku dari rumah,
langsung dikata, “Tumben”. Karena staf tahu, aku hanya berangkat dari rumah
setiap Senin, sementara saat itu hari Selasa atau Rabu, aku lupa. Aku cukup
tersentuh karena ini.para staf juga sering bergosip di ruangan, atau sekedar
menceritakan kondisinya, saat ada aku. Untuk pengamat sepertiku, hal ini menguntungkan,
karena aku mendapat banyak informasi tanpa harus sungkan dengan bertanya
langsung. Karena aku hanya berani bertanya hal-hal sederhana, bukan mengenai
kehidupan pribadi atau masa lalu mereka.
Ada cerita, saat kunjungan dari DJPU, aku bertugas
dengan PL. Di tengah sesi dokumentasi, PL banyak menceritakan kisahnya:
pekerjaan sebelumnya, bagaimana diterima di perusahaan, harapan ke depannya,
kesehariannya, dan beberapa hal lain mengenai kehidupan pribadinya, TANPA aku
bertanya. Aku hanya bertanya di tengah cerita, jika ada yang kurang kupahami. Aku
sedikit terkejut, terus terang, tapi juga senang. Dalam ilmu komunikasi, ini
disebut self-disclosure. Aku -entah bagaimana caranya- membuat PL percaya dan
bersedia menceritakan kehidupan pribadinya dengan sukarela. Hal ini juga
terjadi pada MS (staf Humas lain, lebih muda). Dalam suatu sesi dokumentasi, MS
meminta pandanganku mengenai mundur dari perusahaan dan memulai bekerja lepas
sebagai fotografer profesional, namun terkendala keluarga. Sebelumnya,
hubunganku dengan MS sebatas bercanda (lebih tepatnya, MS sering melempar
candaan denganku), sehingga pembicaraan itu membuatku memiliki pandangan lain. Masih
ada beberapa hal lain mengenai komunikasiku dengan staf di unit. Kalau aku
mengingatnya sekarang (setelah selesai magang), komunikasi ini unik. Aku “hanya”
disiplin, bekerja sesuai apa yang diminta, membantu apa yang bisa dibantu, tidak
banyak tingkah, bahkan tidak banyak bicara, namun justru memiliki cara
berkomunikasi yang tidak kuduga. Aku tidak tahu apakah ini karena aku bersemangat
dengan pekerjaanku (karena seperti mimpi yang terwujud bisa magang di perusahaan
yang kuinginkan), atau karena aku memang cocok di lingkungan seperti ini.
Selanjutnya, mengenai teman sepermagangan. Di Bandara
Juanda (dan mungkin cabang lain), bisa dipastikan selalu ada anak magang, baik
magang universitas maupun program magang dari BUMN. Saat aku magang kemarin,
banyak sekali teman magang lain. Katanya, anak magang paling ramai saat libur
semester setelah lebaran. Saat aku magang, terasa ramai sampai Oktober, lalu bulan
November mulai menyusut. Namun aku kurang akrab dengan teman-teman lain. Ada kenal,
tapi jarang bergaul. Terlebih setelah mengenal ND, yang memiliki masa magang
sama persis sepertiku. Karena umumnya, teman magang lain sudah bersama, entah
satu unit, satu universitas, satu jalur masuk. Jadi aku dan ND merasa tersisih,
karenanya kami “menyendiri” haha.. Kami pertama kenal sejak dia ditempatkan di
unitku, namun kemudian dipindah karena kurang sesuai dengan jurusannya. Tapi karena
kami terlanjur kenal, jadi terus bersama dan mengakrabkan diri. Hampir bisa dipastikan,
kami selalu bersama di kantor. Aku baru mengenal teman-teman yang lain
menjelang magang selesai. Bertemu di beberapa
kegiatan atau secara kebetulan, lalu berinteraksi, hingga aku hafal. Dan itu terus
berlanjut. Tapi ya tetap, kemana-mana barengnya ND terus lol. Sampai sekarang,
setelah magang berlalu, kami juga beberapa kali bertukar kabar. Sayang sampai
sekarang, aku belum memiliki dokumentasi apapun dengan dia. Ah, bukan hanya
dengan dia, tapi juga dengan staf di unit haha.. (karenanya aku sedikit
kesulitan saat menyusun laporan magang, karena tidak ada satu fotopun sebagai
bukti aku magang, selain surat penerimaan dan sertifikat)
So far, selama aku magang, aku menjalaninya dengan tenang. Aku datang dan
pulang tepat waktu; meski kemampuan komunikasiku kurang, staf banyak membantu
dengan memulai interaksi, meski tidak sering; pekerjaan yang datang juga tidak
aneh-aneh (di luar konteks seperti tukang fotokopi, bikin kopi, dsb), bahkan
aku tidak tahu cara kerja mesin cetak di sana, sempat diminta print, tapi
begitu tahu aku tidak bisa, langsung beliau sendiri yang print (padahal aku
siap belajar); kehidupan sosialku juga cukup menyenangkan, meski kesulitan, aku
memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi. Kukira, hal tidak menyenangkan
justru datang di luar lingkungan magang (keluarga, teman), tidak mempengaruhi proses
magang secara signifikan, namun sedikit berdampak. Baiklah.. ini sudah sangat
panjang. Aku sangat berterima kasih kepada kalian yang sudah membaca blog-ku,
bahkan hingga mengirim pesan. Kalian membuatku bersemangat untuk terus menulis
meski tulisanku tidak seberapa.
Love
<3
Part 1: Memilih Lokasi Magang
Part 2: Persiapan Dokumen Magang
Part 3: Magang di Angkasa Pura
[Part 4: Kehidupan Sosial Selama Magang]
Part 5: F.A.Q